Minggu, 13 Mei 2012

asuhan neonatus



Asuhan Neonatus

1.PENULARAN HEPATITIS B DARI IBU YANG MENGIDAP HEPATITIS B

Cara Penularan Hepatitis B:
  1. Melalui darah dan cairan tubuh orang yang trinfeksi (sama dengan virus HIV-AIDS). Namun hepatitis B 100 kali lebih mudah menginfeksi dibanding HIV
  2. Melalui jarum suntik yang dipakai bersama
  3. Melakukan kontak seksual dengan orang yang terinfeksi
  4. Lahir atau bepergian di daerah endemi hepatitis B
  5. Terinfeksi dari ibu saat proses persalinan.
Bagi Ibu Yang Terinfeksi Hepatitis B Atau Pemeriksaan HbsAg positif maka :
  • Ibu hamil dapat menularkan virus hepatitis B kepada janin yang dikandung.
  • Jika ibu hamil dan punya hepatisis B, segera informasikan kepada dokter. Dengan demikian, bayi bisa ditangani sesegera mungkin setelah ia lahir.
  • Bayi mesti menerima suntikan hepatitis B immune globulin (H-BIG) saat lahir, bersama seri pertama suntikan vaksin hepatitis B, dari tiga seri vaksinasi yang akan diterima bayi.
  • Vaksin hepatitis B (Engerix-B) diberikan dalam tiga kali suntikan dan memberikan perlindungan sampai 90% terhadap infeksi hepatitis B, selama bertahun-tahun, kadang seumur hidup. Bayi biasanya menerima vaksinasi pada usia 2, 4, dan 8 bulan. Efek samping vaksinasi biasanya ringan, misalnya badan lemah, lesu, sakit kepala, mual, dan bengkak pada bekas suntikan.
Penularan terjadi bukan karena keturunan, melainkan infeksi luka bayi dari cairan ibunya  yang menderita hepatitis. Akibatnya, bayi berpotensi terinfeksi virus yang sama. Penularan tersebut bisa terjadi pada kelahiran normal (melalui vagina) maupun kelahiran lewat operasi caesar.Penularan vertikal dari ibu ke bayi memang merupakan salah satu cara penularan hepatitis B selain melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersama. 10-20% bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif dan 90% bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg dan HbeAg positif akan terinfeksi hepatitis B.

Hepatitis B dan C
Ibu yang terinfeksi virus hepatitis B berisiko menularkan virus tersebut kepada bayinya melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau darahnya pada saat persalinan. Hepatitis B pada bayi yang baru lahir biasanya tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala, maka gejalanya adalah penyakit kuning, lesu, pertumbuhan terhambat, distensi perut, dan kotoran berwarna coklat. Imunisasi dapat membantu mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke bayi.


2.BAYI BARU LAHIR DENGAN IBU TUBERKULOSIS
            Bila menderita Tuberkulosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 2 bulan sebelum melahirkan, atau didiagnosis TBC setelah melahirkan : Jangan diberi vaksin BCG saat setelah lahir. Beri profilaksis Isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali sehari secara oral. Pada umur 8 minggu lakukan evaluasi kembali, catat berat badan dan lakukan pemeriksaan tes Mantoux dan radiologi bila memungkinkan.
Tuberkulosis dapat ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim, menghirup atau menelan cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup udara yang mengandung kuman TBC setelah lahir. Sekitar 50% anak yang lahir dari ibu penderita TBC paru aktif mengembangkan penyakit ini selama tahun pertama kehidupan jika vaksin BCG tidak diberikan. Bayi penderita TBC dapat terlihat mengalami demam, lesu, gangguan pernapasan, pembengkakan hati (hepatosplenomegali), atau gagal tumbuh.
Pada ibu penderita tuberkulosis (Tb) aktif, penularan dapat terjadi sebelum bayi lahir melalui plasenta atau lewat pernapasan setelah bayi lahir. Ibu perlu berterus terang kepada dokter atau bidan karena berhubungan dengan pemberian vaksin BCG.

3.DIABETES MELITUS GESTASIONAL DAPAT MEMICU DIABETES    MELITUS PADA ANAK

Diabetes melitus gestasional adalah diabetes melitus yang bisa timbul pada wanita saat kehamilan. Diabetes melitus gestasional terjadi karena sel-sel pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengkontrol gula darah (glukosa) untuk dirinya dan kandungannya. Diagnosisnya adalah berdasarkan pemeriksaan darah yang menunjukkan saat kehamilannya wanita tersebut mempunyai kadar gula yang tinggi. diabetes melitus gestasional ini berbeda dengan diabetes melitus lainnya dimana penyakit diabetes melitus ini akan menghilang setelah bayi lahir. Diabetes melitus yang didapatkan bisa diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2.
Dengan menjaga pola makan yang seimbang dan melakukan latihan fisik yang teratur. Ibu hamil bisa menghindari diabetes melitus gestasional ini, hal ini penting karena diabetes melitus gestasional dapat memicu diabetes melitus pada bayi nya.
Jika Ibu kena diabetes melitus gestasional maka komplikasi diabetes yang dapat timbul adalah  hipertensi selama kehamilannya, janin mempunyai berat yang berlebihan, menyebabkan kesulitan untuk melahirkan, setelah persalinan bayi akan mengalami kadar gula darah lebih rendah dari normal, kadar kalsium yang rendah, kadar bilirubin darah yang tinggi atau kesulitan bernapas.




Gejala-gejala diabetes melitus gestasional adalah sebagai berikut:
  • Rasa haus yang tidak seperti biasanya Sering buang air kecil
  • Lelah
  • Mual
  • Sering mengalami infeksi kandung kemih, vagina, maupun kulit
  • Penglihatan kabur
Solusi lain untuk menjaga ibu dan kandungannya dari diabetes melitus gestasional, ada baiknya melakukan pencegahan diabetes melitus lebih awal, biasanya ibu hamil agak susah menjaga pola makan karena ibu terkadang kuatir kandungannya tidak mendapatkan asupan yang cukup dan dapat mengkonsumsi Tahitian Noni yang dapat membentengi ibu dan kandungannya dari diabetes melitus gestasional, mengontrol gula dalam darah secara alami tanpa kimia, meregenerasi sel-sel yang lebih baik untuk kandungannya.

BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN DIABETES MELLITUS
 Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada 3 hari pertama setelah lahir, walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik . Ibu dengan DM mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM. Tanda bayi hipoglikemia adalah : Distres nafas, malas minum, jitteriness, mudah terangsang, sampai kejang dan kadar glukose darah rendah (hipoglikemia) ,


4.IBU DENGAN SIFILIS

Bila hasil tes pada ibu positif dan sudah diobati dengan Penisillin 2,4 juta unit dimulai sejak 30 hari sebelum melahirkan, bayi tidak perlu diobati. Bila ibu tidak diobati atau diobati secara tidak adekuat atau tidak diketahui status pengobatannya , maka :
- Beri bayi Benzathine Benzylpenicillin IM dosis tunggal ( lihat Dosis Pemberian   Antibiotika )
- Beri Ibu dan Bapaknya Benzathine penicillin 2,4 juta unit I.M dibagi dalam dua suntikan pada tempat yang berbeda
- Rujuk Ibu dan Bapaknya ke rumah sakit yang melayani penyakit menular seksual untuk tindak lanjut .

  • Trepanomatosis (Sifilis)
Kuman Trepanomatosis biasanya disebut sifilis. Penyakit sifilis tidak akan menyebabkan seseorang wanita sukar untuk mengandung. Kebiasaannya wanita yang mengidap sifilis tidak mengalami apa-apa gejala namun ia memberi kesan pada bayi dalam kandungan. Sekiranya jangkitan serius, ia sering menyebabkan keguguran bayi. Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap sifilis akan turut mengidap penyakit yang sama.
Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita janin karena penularan melalui plasenta dari ibu yang menderita sifilis.

a.Patofisiologi

           Treponema pallida yang berada di darah ibu dapat menembus plasenta masuk ke janin setelah kehamilan 16 – 18 minggu. Bila si ibu mendapat sifilis sewaktu ia hamil, manifestasi pada janinnya tergantung pada bilamana (pada usia kehamilan beberapa minggu) infeksi itu terjadi.Bila infeksi pada kehamilan yang telah tua, akan terlihat ibu dan anak tidak menunjukkan gejala-gejala sifilis sewaktu kelahiran (baik klinis maupun serologi), sampai beberapa minggu kemudian.Sebaliknya bila infeksi pada ibu, tentunya juga pada janin terjadi pada usia kehamilan muda akan mengakibatkan mati dalam kandungan, lahir prematur, immatur atau lahir dengan gejala sifilis dini.Karenanya infeksi sifilis selama kehamilan akan mengakibatkan bayi mati dalam kandungan, lahir immatur, prematur atau lahir dengan gejala sifilis.Pada umumnya sifilis hanya infeksius pada masa 2 tahun pertama (sifilis dini), akan tetapi perkecualian pada ibu hamil masih dapat menularkan sifilis pada janinnya walaupun ia menderita sifilis kasip.

b.Gejala klinis
  Manifestasi klinis sifilis kongenital ada 3 kemungkinan :
- Sifilis kongenital dini bila timbul gejala sejak lahir atau pada saat-saat sebelum usia
  bayi mencapai 2 bulan.
- Sifilis kongenita lanjut (gejala timbul setelah 2 tahun)
- Stigmata sifilis.

c.Sifilis Kongenital Dini
               Gejala klinisnya sebagian besar seperti sifilis stadium II (sifilis sekunder) pada penderita dewasa ditambah dengan :
a. Bula yang disebut impetigo sifilitika.
b. Fisura pada sudut mulut, kalau sembuh meninggalkan bekas berupa jaringan parut
  yang khas.
c. Pseudoparalysis dari parrot.
d. Rhinitis.
e. Hepato-spleno megali

dSifilis Kongenital Lanjutan
Gejala kliniknya seperti sifilis stadium III (sifilis tersier) pada penderita dewasa dengan gejala-gejala :
a. perforasi palatum.
b. destruksi septum nasi (saddle nose)
c. sabre tibia.
d. gejala-gejala “neurosyphilis”
e. Trias Hutchinsin :
- keratitis interstitialis.
- gigi Hucthinson.
- Ketulian (N. VIII).
f. Clutton’s joint :
hydrartrosis dari kedua lutut, tidak nyeri, tanpa kelainan X - ray.


5.BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN SITOMEGALOVIRUS
Infeksi Sitomegalovirus adalah suatu penyakit virus yang bisa menyebabkan kerusakan otak dan kematian pada bayi baru lahir.

Penyebab
:
             Sitomegalovirus kongenitalis terjadi jika virus dari ibu yang terinfeksi menular kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta (ari-ari). Infeksi pada ibu mungkin tidak menimbulkan gejala sehingga ibu tidak menyadari bahwa dia sedang menderita infeksi sitomegalovirus.

             Sesudah lahir, bayi bisa tertular oleh infeksi sitomegalovirus melalui ASI atau transfusi darah. Bayi cukup umur yang ibunya terinfeksi sitomegalovirus, tidak menimbulkan gejala dan bayi yang diberi ASI terlindung oleh antibodi yang terkandung di dalam ASI. Bayi prematur yang tidak mendapatkan ASI dan menjalani transfusi darah yang terkontaminasi, akan menderita infeksi yang berat karena mereka tidak memiliki antibodi.

Gejala
:
Kebanyakan bayi yang menderita sitomegalovirus kongentitalis tidak menunjukkan gejala. Hanya 10% yang menunjukkan gejala-gejala berikut:
- berat badan lahir rendah
- mikrosefalus (kepala kecil)
- kejang
- ruam kulit (peteki/bintik-bintik kecil berwarna keunguan)
- jaundice (sakit kuning)
- ubun-ubun menonjol
- pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali)
- peradangan retina
- kalsifikasi intrakranial (pengendapan mineral di dalam otak).
30% dari bayi tersebut meninggal.

Bayi yang terinfeksi setelah lahir bisa menderita pneumonia, pembesaran dan peradangan hati serta pembesaran limpa.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- Analisa air kemih untuk mencari badan inklusi virus
- Titer antibodi terhadap sitomegalovirus pada ibu dan bayi
- Rontgen kepala (menunjukkan adanya kalsifikasi intrakranial)
- Kadar bilirubin (untuk menilai beratnya jaundice dan kerusakan hati)
- Funduskopi (bisa menunjukkan adanya korioretinitis)
- Hitung darah lengkap (bisa menunjukkan adanya anemia)
- Rontgen dada (untuk menunjukkan pneumonia).

Pengobatan
:
            Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi sitomegalovirus pada bayi. Anti-virus gancyclovir tidak diberikan karena memiliki efek samping yang berbahaya bagi bayi. Pengobatan ditujukan kepada terapi fisik dan pemilihan sekolah khusus untuk anak-anak yang menderita keterbelakangan psikomotorik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar